Pages

Wednesday, March 24, 2010

Bantuan Allah

Kerap kali hati ini merintih lemah meminta dan mengharapkan daripada Allah swt. Sesungguhnya sangat banyak cabaran yang telah dilalui dan kadangkala ianya seperti memaksa kita untuk meninggalkan jalan ini. Nauzubillah

Inilah fitrah kita selaku makhluk yang bernama manusia. Tidak pernah lekang dengan sifat cuai kerana kita bukanlah diciptakan sempurna. Mungkin selama ini kita terasa kuat dalam menghadapi mehnah pada jalan ini tetapi akan tiba suatu masa kita akan dikunjungi perasaan lemah dan malas yang akan menusuk hati kita secara perlahan-lahan. Ketika itu hati akan mula memberontak dan akhirnya dengan mudah syaitan laknatullah menjalankan misi mereka untuk menarik kita mengikuti jalan toghut.

Sebagai seorang pejuang didalam agama ini, kita seharusnya bergenbira dengan firman Allah dalam surah Al-Baqarah:

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Al-Baqarah:214)

Dalam ayat tersebut Allah menyatakan ujian yang diberikan adalah untuk menjadi bukti bahawa para pejuang kebenaran ini adalah seorang yang benar-benar beriman dan ikhlas berjuang hanya kerana ingin menggapai mardhotillah. Inilah hakikat perjuangan, tiada erti senang lenang didalam kamus hidupnya, yang ada dalam catatan hariannya cumalah perkara yang perit dan penuh dengan pengajaran untuk ia bawa sebagai bekalan menempuh hari-hari mendatang yang menjanjikan seribu kesukaran lagi.

Tetapi, walaupun begitu susah perjuangan ini, mereka tidak semudah itu untuk mengalah. Lihat sahaja kisah Bilal bin Rabah, Mus’ab bin Umair dan Khabab yang dikurniakan dengan ujian yang menggetarkan iman, tetapi kerana keimanan yang tinggi kepada Allah, maka mereka diberi keistimewaan berada disamping Allah.

Ayuh pejuang!!! Bangkitlah dari kelemahan diri ini, ingatlah bahawa ujian itu sebagai mahar yang perlu dibayar untuk mendapatkan syurga dan semoga jerih lelah kita menunaikan mahar ini akan menjadi sirna ketika berhadapan dengan Allah kelak.

Perjuangan ini penuh onak duri dan segala macam rintangan, tetapi walaupun rintangan itu setinggi langit, ingatlah bahawa Allah sentisa berada disisi kita.

Sunday, March 14, 2010

Mujahid Setia


Bangkitlah mujahid bangkitlah
Rapatkan barisan rapatkan
Ayunkanlah langkah perjuangan
Mati syahid atau hidup mulia

Siapkan dirimu siapkan
Gentarkan musuhmu gentarkan
Takkan pernah usai pertarungan
Hingga ajal kan menjelang

Enyahkan rasa takut dan gentar
Walau ragakan meregang nyawa
Kerana Allah telah janjikan syurga
Untukmu mujahid setia (2x)

lagu oleh: Mars kepanduan



Sunday, March 7, 2010

MENGAPA TAKUT MATI ???

"Sesungguhnya akhirat itu lebih baik untukmu
daripada dunia" (Al-Dhuha : 4).

Musthafa Al-Kik menulis dalam bukunya Baina Alamain
bahwasanya kematian yang dialami oleh manusia dapat berupa
kematian mendadak seperti serangan jantung, tabrakan, dan
sebagainya, dan dapat juga merupakan kematian normal yang
terjadi melalui proses menua secara perlahan. Yang mati
mendadak maupun yang normal, kesemuanya mengalami apa yang
dinamai sakarat al-maut (sekarat) yakni semacam hilangnya
kesadaran yang diikuti oleh lepasnya ruh dan jasad.

Dalam keadaan mati mendadak, sakarat al-maut itu hanya
terjadi beberapa saat singkat, yang mengalaminya akan merasa
sangat sakit karena kematian yang dihadapinya ketika itu
diibaratkan oleh Nabi Saw.- seperti "duri yang berada dalam
kapas, dan yang dicabut dengan keras." Banyak ulama tafsir
menunjuk ayat Wa nazi'at gharqa (Demi malaikat-malaikat yang
mencabut nyawa dengan keras) (QS An-Nazi'at [79]: 1),
sebagai isyarat kematian mendadak. Sedang lanjutan ayat
surat tersebut yaitu Wan nasyithati nasytha
(malaikat-malaikat yang mencabut ruh dengan lemah lembut)
sebagai isyarat kepada kematian yang dialami secara
perlahan-lahan.3

Kematian yang melalui proses lambat itu dan yang dinyatakan
oleh ayat di atas sebagai "dicabut dengan lemah lembut,"
sama keadaannya dengan proses yang dialami seseorang pada
saat mengantuk sampai kepada dengan tidur. Surat Al-Zumar (39): 42
yang dikutip sebelum ini mendukung pandangan yang
mempersamakan mati dengan tidur. Dalam hadis pun diajarkan
bahwasanya tidur identik dengan kematian. Bukankah doa yang
diajarkan Rasulullah Saw. untuk dibaca pada saat bangun
tidur adalah:

"Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami
(membangunkan dari tidur) setelah mematikan kami
(menidurkan). Dan kepada-Nya jua kebangkitan
(kelak)."

Pakar tafsir Fakhruddin Ar-Razi, mengomentari surat Al-Zumar
(39): 42 sebagai berikut:

"Yang pasti adalah tidur dan mati merupakan dua
hal dari jenis yang sama. Hanya saja kematian
adalah putusnya hubungan secara sempurna, sedang
tidur adalah putusnya hubungan tidak sempurna
dilihat dari beberapa segi."

Kalau demikian. mati itu sendiri "lezat dan nikmat,"
bukankah tidur itu demikian? Tetapi tentu saja ada
faktor-faktor ekstern yang dapat menjadikan kematian lebih
lezat dari tidur atau menjadikannya amat mengerikan melebihi
ngerinya mimpi-mimpi buruk yang dialami manusia.
Faktor-faktor ekstern tersebut muncul dan diakibatkan oleh
amal manusia yang diperankannya dalam kehidupan dunia ini

Nabi Muhammad Saw. dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh
Imam Ahmad menjelaskan bahwa, "Seorang mukmin, saat
menjelang kematiannya, akan didatangi oleh malaikat sambil
menyampaikan dan memperlihatkan kepadanya apa yang bakal
dialaminya setelah kematian. Ketika itu tidak ada yang lebih
disenanginya kecuali bertemu dengan Tuhan (mati). Berbeda
halnya dengan orang kafir yang juga diperlihatkannya
kepadanya apa yang bakal dihadapinya, dan ketika itu tidak
ada sesuatu yang lebih dibencinya daripada bertemu dengan
Tuhan."

Dalam surat Fushshilat (41): 30 Allah berfirman,

"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan bahwa
Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka meneguhkan
pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada
mereka (dengan mengatakan), 'Janganlah kamu merasa
takut dan jangan pula bersedih, serta
bergembiralah dengan surga yang dijanjikan Allah
kepada kamu.'"

Turunnya malaikat tersebut menurut banyak pakar tafsir
adalah ketika seseorang yang sikapnya seperti digambarkan
ayat di atas sedang menghadapi kematian. Ucapan malaikat,
"Janganlah kamu merasa takut" adalah untuk menenangkan
mereka menghadapi maut dan sesudah maut, sedang "jangan
bersedih" adalah untuk menghilangkan kesedihan mereka
menyangkut persoalan dunia yang ditinggalkan seperti anak,
istri, harta, atau hutang.

Sebaliknya Al-Quran mengisyaratkan bahwa keadaan orang-orang
kafir ketika menghadapi kematian sulit terlukiskan:

"Kalau sekuanya kamu dapat melihat
malaikat-malaikat mencabut nyawa orang-orang yang
kafir seraya memukul muka dan belakang mereka
serta berkata, 'Rasakanlah olehmu siksa neraka
yang membakar' (niscaya kamu akan merasa sangat
ngeri)" (QS Al-Anfal [8]: 50)

"Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di
waktu orang-orang yang zalim berada dalam
tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para
malaikat memukul dengan tangannya sambil berkata,
'Keluarkanlah nyawamu! Di hari ini, kamu dibalas
dengan siksaan yang sangat menghinakan karena kamu
selalu mengatakan terhadap Allah perkataan yang
tidak benar, dan karena kamu selalu menyombongkan
diri terhadap ayat-ayat-Nya" (QS Al-An'am [6]:
93).

Di sisi lain, manusia dapat "menghibur" dirinya dalam
menghadapi kematian dengan jalan selalu mengingat dan
meyakini bahwa semua manusia pasti akan mati. Tidak seorang
pun akan luput darinya, karena "kematian adalah risiko
hidup." Bukankah Al-Quran menyatakan bahwa,

"Setiap jiwa akan merasakan kematian?" (QS Ali
'Imran [3]: 183)

"Kami tidak menganugerahkan hidup abadi untuk
seorang manusiapun sebelum kamu. Apakah jika kamu
meninggal dunia mereka akan kekal abadi? (QS
Al-Anbiya' [21]: 34)

Keyakinan akan kehadiran maut bagi setiap jiwa dapat
membantu meringankan beban musibah kematian. Karena, seperti
diketahui, "semakin banyak yang terlibat dalam kegembiraan,
semakin besar pengaruh kegembiraan itu pada jiwa;
sebaliknya, semakin banyak yang tertimpa atau terlibat
musibah, semakin ringan musibah itu dipikul."

Demikian Al-Quran menggambarkan kematian yang akan dialami
oleh manusia taat dan durhaka, dan demikian kitab suci irõi
menginformasikan tentang kematian yang dapat mengantar
seorang mukmin agar tidak merasa khawatir menghadapinya.
Sementara, yang tidak beriman atau yang durhaka diajak untuk
bersiap-siap menghadapi berbagai ancaman dan siksaan.

Semoga kita semua mendapatkan keridhaan Ilahi dan surga-Nya.